Namun gara-gara schedule sudah disusun sejak awal minggu,
jadilah pagi tadi sekitar jam 09.30 WIB kaki saya menapaki parkiran Waroeng Belik.
Suasana desa masih tampak di lingkungan tempat kuliner ini.
Meskipun sebenarnya tidak jauh dari jalan Kaliurang Km 9 Yogyakarta yang terkenal padat.
Bisa jadi Waroeng Belik bukan kuliner pertama di Yogya yang mengusung konsep tradisional.
Tapi saya tetap yakin akan selalu menjumpai hal unik di tiap tempat.
Waroeng Belik yang menurut informasi didirikan pada Januari 2018 lalu,
ditata sedemikian rupa dalam nuansa rumah tradisional Jawa.
Menu makanan utama juga masakan ndeso ala Jawa.
Berderet sayur bisa dipilih. Ada sayur lodeh, jantung pisang, selada air.
Satu menu andalan yaitu sayur lompong tidak sempat saya jumpai, karena belum matang.
Hiks ....
Yang tidak suka kuah santan, ada alternatif oseng-oseng kacang panjang, daun pepaya, dan lainnya.
Untuk lauk pauk diantaranya adalah baceman tahu tempe, ikan keranjang cabe ijo, dll.
Minuman standar lah ... ada teh, jeruk dsb.
Maaf tidak sempat saya cermati satu per satu menu yang ada.
Apalagi dalam kondisi perut yang sudah mulai berdemo.
Hahaha ...
Yang jelas untuk nasi, sayur, dan lauk self service alias prasmanan.
Untuk minuman by order.
Bayar dulu di kasir, dan silakan anda pilih tempat untuk menikmati makanan.
Oya ... nasi+sayur dihargai 8000 rupiah.
Sayur boleh ambil lebih dari 1 macam dengan harga tetap.
Kabar baik untuk anak rantau nih .... Hehehe
Setidaknya dengan menu standar ditambah goreng pisang, saya merogoh kantong 20 ribuan.
Tersedia banyak meja dan kursi.
Atau anda bisa memilih lesehan di pondok-pondok yang ada di sekeliling rumah induk.
Ada juga pilihan tempat di balkon yang menghadap ke arah sawah.
Kolam buatan juga ada di lingkungan Waroeng Belik lengkap dengan perahu dayung.
Sedemikian rupa dibangun nuansa Jawa tradisional, dari mulai bangunan luar, interior, serta lagu-lagu keroncong dan campursari yang mengalun.
Tidak terasa sudah 1 jam lebih nongkrong disini.
Masih pingin menikmati lingkungan asri.
Sayang seorang pelayan mengganggu kenyamanan saya.
"Maaf mas, sebentar lagi meja ini mau dipakai.
Sudah ada yang pesan untuk acara"
Hadeh ... dari tadi kek dipasang tanda "reserved"
Saya teguk es jeruk manis sampai tandas.
Melangkah keluar dan di belakang sayup-sayup suara Didi Kempot mengantar kepergian saya.
Kok ada rasa sedih menyelinap ya ...?
Jadi ingat seseorang ... Hahaha
Umpamane kowe uwis mulyo
Lilo aku lilo
Yo mung siji dadi panyuwunku
Aku pengin ketemu
Senajan sak kedeping moto
Kanggo tombo kangen jroning dodo
Yk - March 2018