Quote “Life is a struggle, there is no life without a struggle”
sedemikian akrab di telinga saya ...
"Hidup adalah perjuangan, tiada kehidupan tanpa berjuang"
Sedemikian lekat hingga terasa hilang makna
|
Sumber : quotefancy.com |
Saya wajib bersyukur ...
Ada beberapa teman yang mengusik saya, tidak lewat kata-kata yang seolah di luar kepala
Melainkan lewat kisah yang menginspirasi
Membuat saya tertunduk ...
Dan berbisik ... "Saya belum sekuat mereka ..."
Atas ijin
mbak Ika,
owner DAPUR AULIA (profilnya ada
DISINI)
saya mencoba menulis ulang perjalanan beliau sejak 7 tahun lalu
Mbak Ika adalah seorang Ibu Rumah Tangga
Istri dari seorang anggota DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
Yang dalam bayangan saya adalah kehidupan yang serba kecukupan
Penuh fasilitas dan bergelimang kehormatan
(Kan saya sering dengar sapaan ... Anggota Dewan yang Terhormat )
Sejak suami menyudahi masa kerja sebagai anggota dewan pada September 2009.
Beliau berdua belum berpikir sama sekali mau apa, mau bagaimana ...
Sementara 2 putera mereka masih usia balita.
Waktu tak mau menunggu, dan tak terasa sudah menapaki akhir tahun.
Mungkin anda berpikir mirip saya :
"Anggota Dewan kan cukup punya tabungan, bisalah untuk modal usaha"
Tapi saya akhirnya menarik kembali pernyataan saya, setelah mbak Ika bicara :
"Suami saya anggota dewan, tapi kami gak punya apa-apa.
Saking jujurnya beliau. Bahkan pembantu aja kami gak punya.
Takut gak bisa bayar"
Keputusan pulang kampung diambil pada bulan Desember 2009.
Hijrahlah beliau berdua dari Semarang ke Purwokerto.
Bukan tanpa beban pikiran.
Mengingat beliau berdua sedang tidak ada pekerjaan.
Mbak Ika akhirnya melamar kerja ...
dengan keberanian ekstra
karena yang dituju adalah perusahan Ibunya sendiri.
Ibunda beliau adalah pengusaha catering yang sudah berjalan selama 20 tahunan.
Hasilnya ... lamaran sebagai karyawan ditolak
Iya ... DITOLAK
Entah apa pertimbangan sang Ibu
Ayooo lah ....
Jangan buru-buru nyanyi ...
"Teganya ... teganya ... " .... Hahaha
Ibunda menolak, tapi menawarkan alternatif
yaitu ajakan sebagai partner.
Partner untuk pengelolaan snack dengan
brand sendiri.
Bijaknya Ibunda beliau ...
Jadi ingat ada kata-kata "Berilah kail, jangan ikannya ..."
Seperti mendapat energi baru ...
Bergeraklah mbak Ika dengan segala daya upaya dibantu suami tercinta.
Walaupun suami beliau dulu adalah anak anggota dewan selama bertahun-tahun di masa Orde Baru. Bahkan sang suami juga pernah merasakan sendiri berstatus sebagai anggota dewan.
Tapi saat itu bukan siapa-siapa lagi. Dan beliau berdua bekerja sama.
Mbak Ika mengelola usaha, suami
handle urusan anak.
Di sela waktu membantu mbak Ika untuk urusan
delivery order.
Juga untuk urusan belanja keperluan bisnis.
Sejak awal mengibarkan "bendera snack" untuk kepentingan catering sang Ibu.
(entah gambar benderanya apa ... mungkin lemper atau yang lain ... hehehe)
Mbak Ika juga memberanikan diri untuk "jual diri" di media sosial
Jangan
mikir macem-macem bro ...
Jual diri maksudnya menjual sendiri snack
homemade beliau.
Langkah demi langkah dijalani
dari sekedar memenuhi pesanan ibu,
hingga akhirnya harus berlari karena semakin banyak order.
Seiring dengan kepercayaan para pelanggan yang semakin tinggi.
Dari pesanan seminggu sekali hingga ribuan dalam sehari.
Masa-masa sibuk tetapi penuh semangat itu bertahan selama 4 tahun
Tahun 2014 mbak Ika tak kuasa menolak takdir
Vonis terkena
endometriosis, kista dan
myoma keluar dari mulut dokter.
Sampai bulan Oktober 2014, keluar masuk rumah sakit dengan tabah dijalani.
Dan kembali ... Allah punya kehendak lain ...
Dokter memutuskan mengangkat rahim mbak Ika.
Inilah momentum, beliau harus total berhenti bekerja.
Beliau harus
bed rest selama 1,5 bulan.
Sementara jahitan operasi masih terasa sakit,
mengalami perdarahan sampai 2 minggu, mual muntah, gak bisa makan ...
menjadi ujian kesabaran untuk beliau dan suami.
Masih ditambah putera beliau yang menderita demam berdarah,
di saat mbak Ika belum pulih sepenuhnya
Allah selalu punya rencana baik ...
Mbak Ika bertutur ke saya :
"Alhamdulillah.. suami yang tadinya total bantu usaha di Mei 2014 kembali bekerja.
Suami meminta saya rehat pasca operasi.
Apalagi di 2015 anak pertama saya harus mengikuti begitu banyak kegiatan ekstra terkait sekolahnya"
Hampir 2 tahun tanpa aktivitas kerja,
kembali menjadi ibu rumah tangga yang hanya menangani urusan domestik.
membuat mbak Ika gerah.
Apalagi saat memandang modal peralatan yang menganggur,
Belum beban moral melihat ada 2 asisten yang tetap setia menunggu beliau.
Sementara karyawan lain sudah keluar mencari pekerjaan lain.
"Saya harus bergerak.
Cari produk yang ga menyita tenaga, yang ga harus begadang tiap malam..
Usaha yang ga harus
fresh. Harus bisa stok. Jadi ga
tekor di tenaga seperti dulu"
lanjut mbak Ika.
Dan mulailah beliau merintis lagi dari awal ...
Mulai dari selai rumahan, nastar, bumbu hingga
frozen food
(Bisa dibaca ...
DISINI)
Kisah perjalanan mbak Ika jadi pelajaran berharga buat saya
Setidaknya saya menangkap spirit untuk bangkit.
Khusus untuk suami beliau,
respect saya untuk beliau
Suami yang menyediakan diri mensupport penuh mbak Ika
Setidaknya sebagai mantan anggota DPR, tetap bisa mengukir cerita yang sama
"Dari
DPR ke
DPR ...
Dari
Dewan
Perwakilan
Rakyat
ke Da
Pu
R Aulia"
(Ini
mah bisa-bisanya saya main
plesetan kata ...)
Terakhir ...
Masih dengan harapan yang sama.
Semoga menginspirasi.
Yk - Juni 06, 2017